Senin, 21 Januari 2013

Sebuah Kisah Mengerikan dari Gangnam

Ini adalah terjemahan dari Bahasa Melayu ke Bahasa Indonesia. Kami belum bisa memastikan kebenaran kisah ini. Maka dari itu ambil saja hikmahnya dari kisah ini
oleh Mohamad Sidik pada 7 Oktober 2012 pukul 12.14 PM


Terrifying story about Gangnam Style in Korea
Malam itu setelah keluar dari masjid setelah selesai solat Isya' di masjid yang dekat dengan rumah, saya berjalan kaki sendirian pergi ke sebuah kedai makan untuk makan malam. Pengunjung di kedai makan yang saya datangi itu agak ramai dan boleh dikatakan hampir seluruh meja di kedai tersebut sudah penuh. Saya memilih untuk duduk di salah satu meja di bagian paling depan sendiri yang ketika itu tidak ada orang di meja tersebut. Saat pelayan datang saya pun memesan makanan yang saya mau. Sesaat setelah pelayan tersebut pergi datanglah seorang gadis muda berkulit putih berjubah dan bertudung hitam seperti wanita Arab ke meja saya seraya bertanya,

"Pak, boleh saya duduk di sini..? Anda lihat, tempat-tempat di meja lain semua sudah penuh.."

"Oh, ok.. tidak apa-apa. Silakan duduk.." jawab saya agak kaget dengan sapaan gadis itu. Percakapan kami dalam Bahasa Inggris.

Kemudian pelayan datang kepadanya dan dia hanya memesan minuman
'fresh orange'. Saat pelayan pergi saya mencoba bertanya kepadanya dengan perasaan aneh, "Anda sendirian? Dan kamu kelihatannya bukan orang Malaysia, kan?"

Dia mengangkat wajahnya dari smartphone ke arah saya lalu menjawab dengan tersenyum, "Oh saya dari Korea Selatan, dan saya ingin ke rumah seorang teman.."

"Oh Korea Selatan.. sekarang negara itu sedang terkenal dengan tarian Gangnam Style.." jawab saya spontan sederhana sambil tersenyum dan menganguk-angguk sendiri ketika mata gadis itu kembali ke smartphonenya sambil menggerak-gerakkan jarinya di atas layar sentuh dan terkadang dia juga tersenyum sendiri memperlakukan sesuatu dari smartphonenya.

"Gangnam Style..? Apa yang anda tahu tentang itu.. ia tarian yang dilaknat Allah. Saya menganggapnya artis itu terinspirasi Iblis." jawabnya dengan nada yang tegas dan berani.

"Oh ok ok, minta maaf.. saya tidak bermaksud menyinggung perasaan anda.." jawab saya spontan.
Perbualan terhenti tiba-tiba beberapa saat. Selepas kira-kira 15-20 menit pelayan kembali datang dengan membawa pesanan saya dan minuman gadis itu.
"Anda ingin tahu apa yang saya tahu tentang Gangnam?" tanya gadis kembali itu kepada saya.

"Jika anda ingin bercerita kepada saya, saya akan mendengarnya…" jawab saya dengan tenang sambil mulai meminum jus melon susu yang saya pesan.
"Ok tunggu beberapa menit, setelah saya membalas pesan-pesan ini.." jawabnya sambil jari-jemarinya mulai bergerak di atas layar smartphonenya.

Saya hanya mengangguk-angguk sambil mengangkat kening dan mulai menyuap makanan dengan sendok ke dalam mulut walaupun saya sadar bahwa makan menggunakan tangan itu mengikuti Sunnah Rasulullah SAW.

"Baik, sekarang saya akan bercerita tentangnya.. ia sesuatu yang menarik tetapi aneh dan menakutkan." kata gadis itu kembali.
"Ok, seakan-akan ada satu masalah besar yang anda ingin sampaikan kepada saya." jawab saya kembali sambil mulut mengunyah nasi.

Kemudian dia diam kira-kira beberapa saat, menghela nafas lalu memulai ceritanya,

"Di Gangnam ada satu pertandingan aneh yang diadakan untuk gadis-gadis muda untuk menjadi perempuan-perempuan simpanan bagi orang-orang kaya dan para jutawan. Kebanyakan gadis muda yang mengikuti pertandingan tersebut adalah mereka yang ingin mengadu nasib apabila gagal mendapat tempat dalam pekerjaan atau terlalu senang untuk menikmati hidup mewah bersama orang-orang kaya… mereka dijanjikan dengan hadiah yang sangat menarik, kereta mewah, jet pribadi dan rumah besar seperti istana dengan kolam renang jika memenangi pertandingan tersebut."

Kemudian dia diam lagi... kali ini dia juga meminum minuman 'fresh orange'.. dia diam agak lama tanpa berkata apa-apa.
"Ok, kemudian..?" tanya saya lagi ingin tahu.

"Oh, ia sesuatu yang amat dahsyat dan jahat dan saya hampir tidak mau menceritakannya kepada anda. Tapi saya akan coba ceritakannya juga agar anda tahu apa kisah benar yang berlaku.." sambungnya lagi.

"Iya, silakan lanjutkan lagi... saya memang ingin tahu tentangnya." balas saya lagi.
"Ok... Pertandingan itu, untuk sampai ke tempat pertandingan tersebut, para peserta yang terdiri dari perempuan-perempuan muda yang cantik masing-masing disuruh menunggang seekor kuda kira-kira 500 meter dari tempat para peserta berkumpul ke tempat pertandingan yang merupakan sebuah istana besar dan mewah milik seorang jutawan di Gangnam. Kamu bayangkan, mereka semuanya menunggang kuda dengan memakai sepatu high-heels, baju yang membuka aurat dan rok pendek yang seksi sambil diikuti pihak penganjur pertandingan dengan helikopter.."

"Setelah sampai di sana mereka disambut oleh pihak penyelenggara di istana itu dan mereka dibagi menjadi 2 kelompok. Setiap kelompok akan melalui dua jalur yang berbeda. Pertandingannya ialah jalur dengan rintangan untuk sampai ke tujuan yang terakhir. Itu seperti pertandingan dalam rancangan ‘Wipe Out’ di TV jika anda pernah melihatnya. Setelah sampai di tujuan terakhir, para peserta yang menang dari dua kelompok itu akan melawan satu sama lain. Jika pihak lawan tewas maka peserta yang masih bertahan akan dianggap sebagai pemenang dan mendapat uang bernilai jutaan dolar AS. Jalur rintangan itu sangat berbahaya, namun para peserta hanya melewatinya dengan memakai sepatu high-heels dan pakaian seksi mereka sambil disaksikan dan disoraki para jutawan yang melihat aksi-aksi mereka dari sebuah balkon ruang mewah di istana tersebut. Saya tidak pasti acara tersebut tersebut direkam ataupun tidak."

Terus-terang, itu adalah pertandingan mematikan yang paling gila…"
"Ok, kemudian.. apa yang terjadi?" tanya saya mencelah dengan rasa penasaran.

"Suatu ketika di salah satu trek, para peserta disuruh memanjat palang-palang besi untuk melintasi salah satu menara di istana tersebut, palang tersebut sangat tinggi dan di bawahnya ada kolam renang. Di suatu tempat yang lain, para jutawan juga menyaksikan aksi-aksi peserta dari dalam sebuah ruangan mewah sambil menikmati hidangan dan minuman bir yang mahal bersama gadis-gadis mereka."

"Banyak perserta ketika itu yang terjatuh ke bawah ketika mencoba memanjat palang-palang besi tersebut. Ada yang terhempas ke lantai dan kepalanya pecah. Ada yang patah tangan dan kaki. Ada yang pecah badannya. Kolam renang tersebut penuh dengan darah dan ada yang mati lemas ketika jatuh ke dalamnya setelah gagal untuk berenang keluar dari kolam renang yang dalam tersebut. Mereka semua para gadis yang tidak berdaya dan mereka sangat kasihan."

"Yang lebih kejam daripada itu, mereka yang terluka ketika itu tidak ditolong.. malah dibiarkan saja untuk disorak dan ditertawakan oleh para jutawan yang melihat mereka sepanjang pertandingan. Akhirnya apa yang saya tahu, hanya dua orang gadis saja yang menang melintasi jalur itu dari seluruh 30 orang gadis yang mengikutinya... saya diberi tahu walaupun dua gadis itu akhirnya menang, mereka sekarang hidup dengan trauma dan penuh ketakutan di samping para jutawan gila tersebut. Mereka kini hidup seperti hamba di dalam istana zaman purba. Tidak beradab dan tidak berakhlak... hanya menjadi hamba pemuas lelaki-lelaki kaya yang mengikuti hidup mereka saja. Lebih malang lagi gadis-gadis yang sudah terikat ke sana tidak boleh lari dari golongan kaya gila itu. Jika coba untuk lari mungkin mereka akan dibunuh."

Sampai di sini tiba-tiba gadis itu sedih... wajahnya berubah dan air matanya tiba-tiba mengalir cepat dan menangis tersedu-sedu.
Saya tentunya sangat terkejut dengannya secara tiba-tiba, dan coba membujuknya,

"Hey, please don't cry here… people will look to us. Please calm down. I'm sorry so much to make you telling me this story…" kata saya kepadanya perlahan dengan suara hampir berbisik.

Namun saya membiarkannya dengan keadaannya seperti itu untuk beberapa saat. Kemudian saya berkata kepadanya, "Saya tidak tahu apa sebenarnya yang membuat anda menangis, tapi saya sangat minta maaf karena saya kamu menangis. Sebenarnya saya sangat terkejut mendengar cerita kamu. Ia sesuatu yang sangat dahsyat yang belum pernah saya mendengarnya sebelum ini.."

Ia ok... ia ok... ia ok... (sambil mengusap air matanya dengan sapu tangan miliknya)... maafkan saya karena tiba-tiba bersikap aneh tadi. Anda tahu, salah seorang gadis yang mati karena pecah badannya ketika jatuh di pinggir lantai kolam renang itu adalah adik perempuan saya sendiri... Ibu saya bunuh diri karenanya dan bapak saya menjadi gila. Setelah ibu saya bunuh diri bapak saya sakit selama beberapa bulan lalu akhirnya meninggal dunia."

Saat ini dia kembali diam beberapa menit… saya pula terdiam dan tidak terkata apa-apa… setelah itu dia menarik nafasnya dalam-dalam lalu melanjutkan kembali kisahnya,

"Ibu dan bapak saya hanya memiliki dua orang anak perempuan dan adik saya sudah menjadi korban nafsu gila orang-orang kaya Korea."

"Segera setelah pertandingan tersebut, saya dihubungi seorang wanita yang memberitahu bahwa adik saya kecelakaan dan cedera parah karena terjatuh dan saya disuruh ke rumah sakit untuk melihatnya. Wanita itu mengatakan dia mendapat nomor telepon saya dari adik saya. Apabila saya dan ibu-bapak saya tiba di rumah sakit, kami diberitahu bahwa adik saya telah meninggal dunia. Saya memarahi wanita tersebut dan memaksanya berkali-kali untuk menceritakan kisah sebenarnya kepada saya... dan akhirnya setelah beberapa hari dia menceritakan keseluruhan kisah ini kepada saya. Setelah tahu kisah sebenarnya, kami sekeluarga histeris dan menangis seperti orang gila karena tidak pernah menyangka adik saya ingin ikut pertandingan gila tersebut hanya untuk hidup mewah menjadi gadis simpanan orang-orang kaya. Namun wanita itu berkata ia adalah pilihan adik saya sendiri."

"Beberapa minggu kemudian ibu saya bunuh diri pada suatu malam dengan menelan aspirin sebanyak 200 biji. Keesokan harinya ibu saya koma dan saat saya dan bapak  mengantarnya ke rumah sakit, pada malam harinya beliau meninggal dunia. Bapak  saya pula selepas itu sakit jiwa sebelum mengalami sakit yang membawanya meninggal dunia. Saya pun hidup tidak teratur dan beruntung masih mempunyai seorang sahabat wanita beragama Islam yang terus berjuang agar saya dapat meneruskan kehidupan dengan sabar. Berulang-ulang kali dia mengingatkan kepada saya bahwa kehidupan ini adalah anugerah Tuhan dan orang yang beriman tidak akan berputus asa."

"Dan karena itu saya melihat kamu kini sebagai seorang Muslimah..?" saya memotong ceritanya.

"Alhamdulillah, terima kasih kepada Tuhan. Sahabat saya itu telah membawa saya bertemu dengan seorang imam di kota Seoul untuk memulihkan semangat hidup saya. Imam itu awalnya bercerita kepada saya tentang Allah, Islam dan Nabi Muhammad. Saya menerima segala ajarannya dengan ikhlas seakan-akan itu satu-satunya pilihan yang ada. Benar, Islam adalah satu cahaya yang sangat terang seperti matahari dan mendamaikan seperti bulan purnama yang kembali menyinari seluruh hidup saya dan lalu saya berpindah ke agama ini tanpa keraguan. Dan anda tidak tahu, jiwa saya rasanya sangat-sangat tenang dan damai ketika mendengar ayat-ayat Al-Quran yang terdengar di pusat ibukota Islam di kota Seoul. Imam itu salah satu ahli pengurusnya. Saya tidak pernah mendengar musik-musik yang sangat indah seperti ayat-ayat Al-Quran sebelum ini dalam hidup saya."

Kini suara gadis itu kembali semangat sambil berkata, "Alhamdulillah, saya bersyukur karena diselamatkan Tuhan dan kembali hidup seperti semula sebagai seorang Islam setelah saya kehilangan segala-galanya akibat  kerasnya jiwa masyarakat dunia terutama masyarakat Korea yang hidup tersesat tanpa agama. Mereka semua telah sesat tanpa pedoman hidup yang benar dari Tuhan."

Setelah itu dia diam dan meminum minumannya...

"Kisah anda sangat menarik tetapi mengerikan. Apakah anda sudah mengambil jalur hukum bagi pihak adik anda, atau melaporkannya kepada media atau berbuat sesuatu?" ujar saya kembali kepadanya.

"Lupakan sajalah, saya sudah melaporkannya kepada pihak polisi, sudah menceritakannya kepada beberapa orang wartawan dan melaporkannya dengan bersumpah kepada beberapa orang pengacara. Pihak polisi enggan melakukan pendakwaan karena tidak ada bukti-bukti yang kuat mengenainya. Tidak ada video dan tidak ada saksi-saksi lain yang mau terus terang kepada pihak berkuasa selain saya. Mungkin ada tetapi dia tidak sama. Wanita yang membawa adik saya ke rumah sakit itu juga sudah menghilang. Saya coba menghubungi nomor telepon genggamnya berali-kali namun dia tidak dapat dihubungi. Terakhir kali saya mendengar tentangnya melalui seorang pengacara yang mendapat kabarnya dari seorang detektif polisi yaitu dia sudah meninggal dunia akibat kemalangan. Para pengacara lain dan wartawan yang saya ceritakan kisah ini kepada mereka semuanya telah disuruh untuk tidak menceritakannya kepada umum. Mungkin begitu juga yang terjadi kepada korban-korban yang lain. Laporan polisi di sana pula menyatakan gadis-gadis yang meninggal dunia akibat cedera parah itu adalah karena punggungan palang-palang besi di istana itu roboh ketika mereka semua sedang berada di atasnya karena ketika pihak polisi sampai di sana palang-palang besi itu sudah roboh. Ketika korban-korban yang masih hidup setelah kecelakaan masih mengalami trauma yang dahsyat dan ada yang cacat seumur hidup walaupun mereka mendapat bayaran ganti rugi asuransi yang banyak. Apa yang saya tahu mereka semuanya diancam akan dibunuh jika menceritakan peristiwa sebenarnya kepada pihak polisi. Yang pasti di sana wujud monster-monster besar yang menutupi kasus ini termasuk menteri-menteri kerajaan… ia berkaitan dengan uang dan kekuasaan. Dan sudah tentu anda tahu apa yang uang dan kekuasaan boleh perbuat pada kita." jawabnya lagi dengan panjang lebar yang penuh dengan dalil.

"Oh, ok... itu sesuatu yang gila pernah saya dengar. Jadi sekarang berapa umur anda dan mengapa anda berada di Malaysia? Dan... apa yang sedang anda lakukan di Malaysia sekarang? Dan lagi… kapan peristiwa sedih itu terjadi?" tanya saya bertubi-tubi kepadanya dengan rasa ingin lebih tahu.

"Anda tidak tahu saya berumur berapa…?"
"Saya tidak mau menebak dan saya tidak tahu berapa umur anda."

"Kisah sedih itu hanya terjadi setahun yang lalu, dan saya tidak mau sebut tanggalnya. Sudah cukup anda tahu itu terjadi setahun yang lalu. Kini saya berumur 29 tahun dan saya di berada di Malaysia karena ingin mencoba mendaftar kursus bahasa Arab di ******* University dengan sahabat wanita Muslimah saya dari Korea itu. Tadi saya janjian  dengannya untuk bertemu di sini. Kami rekan serumah dan dia tadi mengunjungi rekan kami orang Malaysia di kawasan ini. Saya sampai ke sini terlambat sedikit dengan taksi.” jawabnya berterus-terang dengan nada jujur.

"Oh, anda sungguh berani. Di Malaysia tidak sering wanita yang berani naik taksi sendirian waktu malam. Terima kasih karena menceritakan kisah ini kepada saya.. Saya sangat menghargainya dan mudah-mudahan suatu hari Allah akan membalas dendam anda dan korban-korban lain yang telah teraniaya..." kata saya lagi kepadanya sambil mengangguk-angguk.

"Sudah tentu...! Suatu hari nanti semua orang dan dunia akan tahu mengenai kejahatan tersembunyi di kota Gangnam yang dilaknat itu!" tukasnya dengan nada yang keras.
"Kamu ingat artis yang mecipta lagu Gangnam gila itu menyukai cara hidup kota Gangnam..? Saya rasa dia amat sinis mengenai Gangnam dan dia pernah terasa tertekan dengan cara hidup di sana.. namun kini dia sudah menjadi bagian dari mereka. Semoga Tuhan melaknat mereka semua. Saya menyerahkan kepada Tuhan untuk membalas segala kejahatan mereka."

"Wah... anda nampaknya sangat marah dengan Gangnam..." balas saya sambil mengangkat kedua alis dan menyedut jus melon susu yang masih tersisa menggunakan sedotan.
"Oh, kamu jangan pura-pura seperti tidak punya perasaan dan tidak mempunyai perikemanusiaan.." balasnya tegas kepada saya.
"Tidak, tidak... saya benar-benar terkejut dan simpati dengan kisah anda. Bahkan dibalik itu, saya dapat melihat anda seorang yang tabah, kuat dan berani." balas saya kembali untuk menenangkannya.
"Oh ya, apakah anda datang ke sini dengan biaya sendiri? Bagaimana dengan suami anda dan pekerjaan anda di Korea?" tanya saya kepadanya dengan menebak-nebak.

"Hahaha, saya masih belum bersuami dan saya telah menjual semua yang saya punya di Korea untuk datang ke sini. Saya mau belajar bahasa Arab di sini dan berkeinginan ke Mesir atau ke Islamic Center di Chicago setelah ini untuk belajar lebih banyak tentang Islam di sana. Anda tahu, Timur Tengah kini tidak stabil dan saya masih ragu-ragu untuk pergi ke Timur Tengah. Imam yang mengislamkan saya itu pernah memberitahu saya bahwa dulunya dia belajar bahasa Arab dan agama Islam di Syria di sebuah universitas yang namanya An-Nur." jawabnya dengan reaksi yang kembali ceria sambil tersenyum.

"Oh dulu saya juga pernah belajar di Syria, dan universitas itu namanya Universitas Abu Nur." jawab saya.
"Oh benarkah? Ceritakan kepada saya tentang Syria... saya beruntung bertemu dengan kamu." katanya penasaran dengan muka yang sangat gembira.

Sesampainya di sini perbincangan kami mulai berubah topiknya menjadi isu Syria dan pergolakan di Timur Tengah serta topik-topik lain yang sudah tidak ada hubungannya dengan Gangnam. Saya juga bercerita sedikit banyak tentang latar belakang diri saya kepadanya sebagai membalas kisah hidupnya yang telah dia ceritakan kepada saya.

Lama juga kami bertemu sejak jam 9.00 malam tadi. Kira-kira jam 10.30 malam rekan gadis itu datang ke kawasan warung tersebut dan gadis itu meminta izin untuk pergi. Dia membayar segala pesanan makanan saya dan memperkenalkan dirinya sebagai Sofiyyah dan rekannya bernama Nadiah. Katanya nama mereka berdua diberikan oleh imam yang mengislamkan mereka di kota Seoul yang merangkap sebagai guru murabbi mereka di Korea Selatan. Saya juga beruntung karena makan malam saya ada yang membayarkan.

Keduanya lahir sebagai manusia yang tidak tidak beragama di Korea, namun kini Allah telah memuliakan mereka dengan agama Islam yang suci. Saya tidak tahu sejauh mana kebenaran cerita Sofiyyah tentang kisah yang terjadi kepada adiknya di Gangnam. Kebenaran kisah tersebut saya serahkan sepenuhnya kepada Allah. Namun saya berminat untuk menyebarkan kisah ini kepada para pembaca agar para pembaca dapat membuat penilaian sendiri. Kisah tersebut mungkin benar dan mungkin tidak benar. Namun, dibalik kisah yang saya sebarkan dari Sofiyyah ini, kita dapat mengetahui sesuatu dan menjadikannya sebagai pelajaran.

Apa yang saya suka membagi satu kekuasaan Allah ialah, saya melihat betapa Sofiyyah amat bersyukur dan menghargai nikmat Islam yang dikurniakan Allah kepadanya. Dia sanggup meninggalkan negerinya dan menjual semua hartanya demi mempelajari bahasa Arab di Malaysia agar dapat memahami Al-Quran, malah dia bercita-cita untuk terus mengembara bagi mempelajari ilmu-ilmu Islam dan menjadi seorang pendakwah Muslimah di negara Korea untuk Islamkan lebih banyak penduduk Korea. Dia seorang yang amat berani, tabah dan cekal. Lihat saja, bagaimana dia seorang diri berani menyapa seorang lelaki asing seperti saya di awal kisah tadi. Apa yang saya lihat padanya, tidak ada ketakutan di dalam dirinya dan harapan hidupnya telah seratus-persen diserahkan kepada Allah. Dia telah menjual seluruh jiwa dan raganya hanya kepada Allah semata. Dibalik kekuatan dirinya sekarang, saya juga yakin di belakangnya ada seorang murabbi mursyid yang hebat, yaitu imam yang telah mengislamkannya. Biasanya di balik orang-orang yang hebat, sudah tentu ada para pendidik yang jauh lebih hebat lagi. Di dalam hati saya berkata sudah tentu pribadi sang imam itu lebih hebat lagi karena berhasil memperbaiki diri Sofiyyah menjadi lebih kuat sebagaimana sekarang. Itu bukanlah sesuatu yang mudah untuk memulihkan, mendidik dan menyadarkan manusia yang sudah rusak parah seperti Sofiyyah dan menjadikannya seorang srikandi yang gagah perkasa jiwanya.

Selama berjalan kaki pulang ke rumah, saya banyak bertanya-tanya di dalam hati betapa kita ini begitu sombong dan tidak bersyukur dengan nikmat beragama Islam yang telah Allah anugerahkan kepada kita sejak kita dilahirkan di dunia.

Di dalam hati saya sepanjang pulang, "Allahu Rabbi.... alhmdulillah, alhamdulillah, alhamdulillah." Sambil kaki saya sekali-kalia menendang batu-batu kecil di jalanan dan kedua tangan dimasukkan ke dalam saku jubah putih kiri dan kanan seraya muka menunduk ke arah tanah...

Sampai saat ini saya masih tetap berfikir sendirian, kisah Sofiyyah ini adalah apa yang saya dengar terjadi di negara Korea yang maju.. bagaimana juga dengan kisah-kisah gelap seperti kisah gadis-gadis Melayu Islam yang menjadi pelacur kelas atas di negara kita. Sudah tentu banyak juga kisah-kisah gelap yang tidak pernah kita dengar tentang mereka. Sebelum ini saya pernah juga mendengar mengenai kisah-kisah penyebaran gelap di negara kita yang dilindungi oleh orang-orang besar.

Allahu Allah, betapa parahnya manusia diperbudak uang dan kuasa pada zaman ini... Ya Allah, selamatkanlah kami di dunia dan di akhirat...

[Kisah nyata ini selesai ditulis pada: hari Minggu, 07 Oktober 2012, 10.55 AM]


Fatih – Anas – Nabil – Fahmi – Izzul – Rosyid

Tidak ada komentar:

Posting Komentar